Lamongan, MCE - Puluhan Himpunan Petani Pemakai Air (Hippa) Desa Deket Kulon dan Desa Deket Wetan berunjuk rasa di kantor Kecamatan Deket, Jumat 19 Juli 2024, Akibat dari pengerjaan proyek Jalan Lingkar Utara (JLU).
Mereka menganggap jembatan yang dibangun dengan material kontainer baja tersebut menghambat aliran air sehingga berdampak pada suplai air berkurang.
Para petani khawatir bila kondisi berlanjut, tanaman padi yang sudah berusia 65 sampai 70 hari tersebut mengalami gagal panen akibat kekurangan air, mengingat saat ini petani juga tengah dihadapkan dengan musim kemarau.
“Suplai air pertanian berkurang karena terhambat jembatan sementara proyek JLU, jadi ada ratusan hektar lahan pertanian di beberapa desa yang terdampak masalah air ini,” kata Kades Deket Wetan, Kusbianto yang biasanya juga dipanggil pak Gatot.
Aksi yang diikuti elemen Kades dan HIPPA dari Deket kulon, Deket Wetan, Rejosari dan Pandanpancur yang menuntut agar pelaksana proyek JLU mencari solusi atas masalah yang dihadapi petani. Yang mana pada waktu panen wilayah selatan sekitar 1 bulan lagi.
“Ada seluas 30 hektar lebih lahan yang sudah mengalami gagal panen,” ujar Kusbianto.
Mereka meminta komitmen dari JLU terkait pengairan air tidak akan menganggu proses pengairan seperti daerah yang membutuhkan irigasi diantaranya daerah Deket wetan, Deket kulon, Pandanpancur, Rejosari, Tambakrigadung, Kecamatan Tikung dan kelurahan Jetis dan kelurahan Sidokumpul Kecamatan Lamongan.
Yang mana untuk satu unit menghabiskan 40 liter perhari yang ready ada 5 unit blower/pompa air jadi total 200 liter perhari, serta pendalaman kolam air di sebelah kontainer pengambilan air.
“Sebenarnya persoalan ini sudah teratasi dengan pemasangan pompa air di jembatan sementara dan pemberian BBM solar ke para petani. Namun tidak berjalan berkelanjutan karena kurang komunikasi,” ujar Kusbianto, yang Ketua AKD Kecamatan Deket tersebut.
Seperti di wilayah Deket kulon, lanjut Kusbianto, perkiraan panen masih 25 hari lagi dengan luas sawah 50 hektar sawah. Sedangkan wilayah Desa Pandanpancur, seluas 115 hektar gagal panen di dusun Sudimoro dan untuk wilayah Pondok sekitar 30 hektar dan 20 hari lagi akan panen, untuk Desa Rejosari 15 hari lagi akan panen.
“Dengan pertemuan koordinasi ini semua sudah jelas, pihak JLU bersedia membantu dan bulan depan saya optimis hasil penan di wilayah Deket melimpah,” ungkapnya.
Sementara itu, pihak penyedia jasa proyek JLU PT Jaya Kontruksi, Roy Herman dihadapan masyarakat mengungkapkan bahwa pihaknya terus berupaya mencari solusi agar persoalan ini bisa teratasi.
“Kami akan membantu dan kami akan koordinasi dengan instansi terkait irigasi, mudah mudahan mulai hari ini tidak terdapat permasalah lagi terkait pengairan petani diwilayah Deket,” ungkap Roy Herman.
Roy menjamin bahwa jalannya pembangunan proyek JLU tidak berdampak pada keberlangsungan pertanian wilayah sekitar. Salah satunya dengan memasang pompa yang dipasang untuk mengalirkan bukan untuk memperbesar debit air, yang diselaraskan dengan pihak Dinas Sumber Daya Air yang akan mencari solusi agar bisa memenuhi permintaan petani.
“Sekali lagi kami secara teknis, tetap harus koordinasi karena ini wilayah kerja SDA. Tentu nanti disesuaikan, untuk hari ini sampai waktu panen 20 sampai 25 hari kedepan bisa lancar dan tidak ada gangguan saat panen nanti,” tegasnya.
Camat Deket, Arif Bachtiar ketika ditemui setelah pertemuan mengatakan bahwa saat ini debit air kuro turun sekitar 20 fiskal dan sudah ditutup karena berdekatan dengan air laut dan bercampur dengan air asin.
Pada intinya terkait pemenuhan air untuk kebutuhan pertanian. Di Deket wetan, Deket kulon, Rejosari, dan Pandanpancur. Ya karena ketinggian dan debit air semakin menurun di karenakan lama tidak turun hujan, ketinggiannya air sudah di bawah kontruksi dasar jembatan, sehingga untuk air yang ke utara itu harus pakai diesel.
"Nah harapan kami itu ada bantuan dari pengelola JLU. sebenarnya awal petani pasang diesel sudah di bantu sama JLU di 2 hari pertama, karena di hari ke 3 dan sampai hari ini," pungkasnya. (S-genk).