Sobat. Saling mencintai karena Allah SWT dan persaudaraan di dalam agama-Nya merupakan taqarrub paling utama dan ketaatan yang paling bisa dimanfaatkan di dalam saluran kebiasaan. Persatuan adalah buah akhlak baik, dan perpecahan merupakan buah akhlak buruk. Akhlak baik mengharuskan adanya saling mencintai, saling bersikap ramah dan harmonis. Sedangkan akhlak buruk membuahkan saling benci, dengki dan berselisih. Selama yang membuahkan itu terpuji maka buahnya pun terpuji.
Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “ Hal yang paling banyak memasukkan manusia ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” ( HR. Al-Hakim dan HR. At-Tirmidzi ). Usamah bin Syarik berkata, “ Kami bertanya, Wahai Rasulullah, apa sebaik-baik yang diberikan manusia?” Beliau menjawab,” Akhlak yang baik.” ( HR.Ibnu Majah )
Rasulullah SAW bersabda, “ Orang mukmin itu akrab dan bersatu. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersatu dan tidak akrab.” ( HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-Hakim )
Allah SWT Berfirman :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” ( QS. Al-Hujurat (49) : 10 )
Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang Mukmin semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara nasab karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama dan kekal dalam surga. Dalam sebuah hadis sahih diriwayatkan Muslim itu adalah saudara muslim yang lain, jangan berbuat aniaya dan jangan membiarkannya melakukan aniaya. Orang yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah membantu kebutuhannya. Orang yang melonggarkan satu kesulitan dari seorang muslim, maka Allah melonggarkan satu kesulitan di antara kesulitan-kesuliannya pada hari Kiamat. Orang yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi kekurangannya pada hari Kiamat. (Riwayat al-Bukhari dari 'Abdullah bin 'Umar)
Pada hadis sahih yang lain dinyatakan: Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya yang gaib, maka malaikat berkata, "Amin, dan semoga kamu pun mendapat seperti itu." (Riwayat Muslim dan Abu ad-Darda') Karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka Allah menganjurkan agar terus diusahakan di antara saudara seagama seperti perdamaian di antara saudara seketurunan, supaya mereka tetap memelihara ketakwaan kepada Allah.
Mudah-mudahan mereka memperoleh rahmat dan ampunan Allah sebagai balasan terhadap usaha-usaha perdamaian dan ketakwaan mereka. Dari ayat tersebut dapat dipahami perlu adanya kekuatan sebagai penengah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai.
Sobat. Abdullah bin Umar ra berkata, “ Demi Allah, seandainya aku puasa di siang hari tanpa buka, melaksanakan qiamullail tanpa tidur, menginfakkan harta terus-menerus di jalan Allah, dan mati pada hari kematian sementara hatiku tidak ada kecintaan kepada orang yang taat kepada Allah dan kebencian kepada orang yang melakukan kemaksiatan, maka itu semua sedikit pun tidak berguna bagiku.”
Sobat. Ketahuilah , bahwa tidak setiap orang layak untuk dijadikan sahabat rasulullah SAW bersabda, “ Seseorang itu sesuai dengan agama temannya. Karena itu, kaian harus memperhatikan siapa yang akan dijadikan teman.” ( HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi ). Orang yang hendak dijadikan teman harus memiliki lima perangai berikut : Orang berakal, berakhlak baik, tidak fasik, bukan pembuat bidáh dan bukan pula orang yang gila dunia.
Sobat. Imam Ja’far Ash-Shadiq rahimahullah Taála berkata, “ Janganlah engkau berteman dengan lima orang : Pertama. Pendusta; engkau akan terpedaya olehnya. Sebab, ia seperti fatamorgana;mendekatkan sesuatu yang jauh darimu dan menjauhkan sesuatu yang dekat denganmu. Kedua. Orang tolol ; orang tidak akan mendapat apa pun darinya. Ia ingin memberikan manfaat kepadamu, ternyata malah membahayakanmu. Ketiga. Orang kikir; karena dia memutuskan hal-hal yang engkau butuhkan. Keempat. Pengecut; dia mengucapkan salam kepadamu dan lari ketika kesusahan datang. Kelima. Orang fasik.
Sobat. Seorang ulama bijak berkata, “ Janganlah engkau berteman kecuali dengan salah satu dari dua orang berikut : Seseorang yang engkau belajar sesuatu darnya dalam urusan agamamu sehingga bermanfaat bagimu, atau seseorang yang engkau ajari sesuatu dalam urusan agamanya kemudian dia menerimanya. Sedangkan untuk yang ketiga, engkau harus lari darinya.”
Sobat. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya di sekitar ‘Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya di atasnya ada kaum yang mengenakan pakaian dari cahaya dan wajah mereka cahaya. Mereka bukan para Nabi dan Syuhada. Mereka membuat iri para Nabi dan syuhada.” Para sahabat bertanya, “ Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “ Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling berkumpul karena Allah dan saling mengunjungi karena Allah.” ( HR. An-Nasaí )
Abu Dzar ra berkata, “ Kesendirian lebih baik dari teman yang buruk. Dan teman sholeh lebih baik dari kesendirian.” Demikianlah. Agama dalam persahabatan adalah pondasi. Dan Allah SWT berfirman, “ Dan Ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” ( QS. Luqman : 15 )
( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. )