SURABAYA, MCE - Sobat. Salah satu kemampuan literasi yang harus ditingkatkan adalah kebiasaan menulis. Penulis beberapa hari yang lalu berkesempatan diundang SMA 4 Pamekasan untuk memberikan up grading mengenai dunia kepenulisan di salah satu hotel di kota Pamekasan.
Sobat. Beberapa gembok mental yang membuat kita tidak menghasilkan karya berupa buku atau berupa tulisan ilmiah bagi para guru adalah pikiran negative ; belum mencoba sudah bilang sulit, tidak bisa, angel-angel. Alasan usia; saya khan masih muda belum berpengalaman yang sudah tua bilang saya khan sudah berumur mau pensiun lagi. Alasan kesehatan, Alasan sibuk dan latar belakang pendidikan. Ini yang kelihatan ruhani namun ruh halus yakni pakai dalih nasib.
Sobat. Ide atau gagasan sering muncul mendadak maka ikatlah dengan cara menuliskannya sebagai dokumentasi. Ide bisa berasal dari bacaan atau kebiasaan membaca, fenomena alam dengan cara mengamati, fenomena sosial, dan forum-forum diskusi.
Sobat. Berikut ini membantu Anda mendapatkan ide untuk menulis bahkan bisa menjadi karya tulis berupa buku :
1. Pengalaman pribadi. Tentu saja apa yang kita alami, yang indah dan yang pahit sekalipun bisa kita tulis. Bagi yang terbiasa menulis pada buku diary akan semakin mudah mengeksplorasi kejadian-kejadian penting yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang lain.
2. Hobby atau keterampilan. Aktivitas yang kita senangi dan dikuasai akan mudah diceritakan kepada orang lain. Tidak luput dipaparkan sedikitpun proses dan prosedur merawat burung kasuari, misalnya. Cobalah gali lebih dalam apa minat dan bakat Anda masing-masing, di situ akan banyak hal yang bisa ditemukan.
3. Pengalaman profesi. Pengalaman profesi apa pun itu, menjadikan sumber ide yang penting jika Anda akan menulis sebuah karya tulis. Justru dengan pengalaman profesilah nilai tulisan Anda akan lebih berbobot dan kredibel.
4. Pelajaran akademik. Menuliskan sebuah buku pelajaran akademik di sekolah dengan gaya bahasa sendiri jauh lebih mengena bagi pemahaman terhadap pelajaran itu. Bagaimana tidak, Anda akan terus membolak-balikkan halaman, mencari kata kunci, mendapatkan keterkaitan konsep pokok dalam suatu topik pelajaran akademik di sekolah.
5. Pendapat pribadi. Sumber ide dari pendapat pribadi ini yang paling fleksibel, bisa didapatkan kapan saja di mana saja. Pastinya anda selalu berkomentar, berceloteh, beropini, berpersepsi tentang suatu kejadian yang Anda rasakan, yang Anda dengar, yang Anda lihat dan yang mengherankan Anda. Ikatlah lintasan pikiran itu dengan menuliskannya.
6. Peristiwa aktual. Banyak hal yang kita bisa tulis dari peristiwa aktual baik local, regional, atau internasional. Anda dapat saja mengambil ilham dari situs berita di internet, mendengarkan radio atau menyaksikan program berita di televisi.
7. Masalah abadi. Sumber ide masalah abadi seperti contohnya topik tentang agama, karena pasti selama manusia ada hal tersebut menjadi masalah abadi yang selalu diperbincangkan. Contoh lain yakni tentang hakikat penciptaan manusia dan alam semesta.
8. Soal kemasyarakatan yang belum selesai. Nah, sangat menghebohkan dan selalu jadi panas jika menuliskan apa yang menjadi soal kemasyarakatan yang belum selesai. Misalnya kasus korupsi, makelar kasus, terorisme, keadilan, dsb.
9. Kilasan biografi orang-orang terkenal. Kita dapat mengambil pelajaran dari orang-orang terkenal dalam berbagai aspeknya. Tentunya termasuk biografi orang-orang yang berprestasi. Karena sumber biografi inilah yang menjadi model inspirasi seorang penulis untuk menyebarkan pemikirannya.
10. Kejadian khusus. Sumber ide lain adalah menulis tentang kejadian khusus yang tidak pernah terjadi, atau hadir dalam periode tertentu. Mulai dari shalat gerhana, perayaan idul fitri, binatang aneh dan ah, unpredictable saja datangnya.
11. Minat khalayak. Terakhir (mungkin masih belum akhir), sumber ide menulis itu bisa dari minat khalayak. Menceritakan tentang boomingnya internet marketing sehingga orang berbondong-bondong berminat memiliki blog yang menghasilkan uang.
Sobat. Ternyata ide itu begitu banyak dan tidak akan pernah habis di dunia tinggal bagaimana kita mengeksplorasi dan menggunakan daya nalar serta pengetahuan yang kita miliki untuk menuliskannya guna menginspirasi dan mencerdaskan anak bangsa.
Sobat. Penulis yang ideal tidak terlalu merisaukan nama besar. Dedikasinya tidak tergantung orang lain mencatatnya dalam sejarah kepenulisan. Ada atau tidak ada pengakuan ia akan tetap menulis, sebab menulis adalah wahana pengabdiannya, demikian penjelasan Redi Panuju.
Sobat. Eksistensi penulisan bukan ditentukan oleh status atributifnya, namun lebih kepada kesetiaannya mengabdi melalui aktivitas menulis. Kelak, dari sekian ribu karya yang dihasilkan, Insya Allah, akan ada satu atau dua karya yang berdampak sosial. Seringkali pemikiran seseorang menjadi perbincangan justru setelah yang bersangkutan dipanggil oleh Allah SWT. Pepatah mengatakan, “ Gajah mati tinggalkan gading, Harimau mati tinggalkan belang, maka penulis mati harus tinggalkan karya. Jadi sekali lagi karyalah yang menentukan eksistensi penulis.
Salam Dahsyat dan Luar Biasa ! Salam Literasi !
( DR Nasrul Syarif M.Si. CEO Educoach. www.educoach.id Penulis Buku Gizi Spiritual dan The Power Of Spirituality. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )