Minggu, 24 Oktober 2021

Penyelenggaraan Pelayanan Publik dengan Smart City Model di Kota Surabaya






Penyelenggaraan Pelayanan Publik dengan Smart City model di Kota Surabaya

Oleh: Kunjung Wahyudi

Magister Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak 

Adanya teknologi membawa kemudahan informasi bagi masyarakat. Melalui sebuah aplikasi, beragam informasi mengenai kota dapat diakses secara cepat oleh masyarakatnya dan Pemerintah Daerah melalui program yang dinamakan Smart City. Smart City sudah diimplementasikan di berbagai kota di dunia dan terbukti mampu menyelesaikan berbagai persoalan secara cepat pula. Informasi tersebut juga dapat dimanfaatkan Pemerintah untuk menciptakan kenyamanan, keamanan dan ketertiban serta kehidupan yang lebih baik. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang konsep smart city dan implementasinya. Untuk itu, perlu dilakukan strategi implementasi smart city yang tepat dan sesuai dengan kondisi kota. Namun, tentunya ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kota dan perlu diselesaikan agar pembangunan smart city dapat berjalan dengan lancar. 

Kata Kunci: aplikasi, tantangan, kota pintar, masyarakat kota

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perubahan yang sangat signifikan. Manusia menciptakan teknologi dengan motivasi dan dorongan agar hidup menjadi lebih baik. Manusia terdorong untuk membuat sebuah teknologi yang dapat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebenarnya teknologi sudah dikenal masyarakat sejak dahulu kala. Mulai manusia mengenal tulisan tangan, kemudian berkembang tulisan dengan bantuan mesin. Sejarah mencatat, ditemukannya mesin ketik menjadi awal perkembangan teknologi membuat dokumen dan cara mengirimkan pesan kepada orang lain. Adanya penemuan listrik semakin menjadikan pekerjaan manusia semakin mudah diselesaikan. 

Dengan sentuhan teknologi, mesin ketik digantikan oleh komputer yang bersumber pada energi listrik dengan fungsi yang lebih kompleks lagi. Komputer yang berfungsi sebagai alat pembuat dokumen berkembang menjadi alat pemroses data dan media komunikasi yang interaktif seiring dengan adanya internet. Dampak adanya internet membawa pengaruh yang sangat dahsyat dalam kehidupan manusia di segala aspek kehidupan. 

Saat ini peradaban baru teknologi informasi sudah memasuki era digitalisasi. Berbagai produk terkini mulai bermunculan sehingga menyebabkan istilah masyarakat modern bergeser dan terjadi perluasan makna menjadi masyarakat digital. Dulu pelayanan menggunakan kertas dan dokumen fisik lainnya, saat ini pelayanan diupayakan dalam bentuk paperless dan soft-file. Belum lagi ketika pelayanan harus melalui berbagai prosedur yang panjang dan cenderung berbelit serta waktu yang sangat lama. 

Namun, saat ini dengan era digitalisasi pelayanan birokrasi maupun administrasi semakin efektif dan efisien. Pendaftaran dapat melalui internet, cukup mengisi form yang dibuat dalam sebuah sistem informasi online atau semacam website (laman). Pengisian data dapat melalui berbagai perangkat informasi seperti komputer, handphone, smartphone, tablet dan produk teknologi mutakhir lainnya.

Seiring dengan waktu pemerintah pun mulai melirik pemanfaatan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan masyarakat yang lebih maksimal bahkan optimal. Implementasi sistem informasi dan teknologi komunikasi menjadi berkembang dengan sangat pesat di dunia birokrasi dan perusahaan. Hal tersebut akhirnya memunculkan ide besar berupa penciptaan tata kelola masyarakat termasuk masyarakat perkotaan yang cenderung lebih siap dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Ide besar dan langkah kreatif pun muncul dengan hadirnya istilah smart city (dikenal dengan kota yang cerdas) atau pun istilah sejenisnya. Berbagai kota besar di dunia bahkan di Indonesia sudah mulai menerapkannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. 

Tujuan membangun sebuah kota yang cerdas adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dengan menggunakan informasi perkotaan dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi layanan dan memenuhi kebutuhan warga. Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan pejabat kota untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat dan infrastruktur kota dan memantau apa yang terjadi di kota, bagaimana kota ini berkembang, dan cara mengaktifkan kualitas hidup yang lebih baik. Melalui penggunaan sensor terintegrasi dengan sistem pemantauan real-time, data yang dikumpulkan dari warga dan perangkat, kemudian diolah dan dianalisis. Informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan adalah kunci untuk mengatasi in-efisiensi. Menurut indeks, New York (AS), London (Inggris), dan Paris (Prancis) adalah tiga kota di dunia yang melakukan yang terbaik di berbagai metrik. New York menempati urutan pertama di Ekonomi, ketiga Teknologi dan keempat di Human Capital, Manajemen Publik, Pemerintah, International Outreach dan Mobilitas dan Transportasi. Namun, masih berkinerja buruk dalam hal Kohesi Sosial, di mana ia menempati urutan 161 dari 181. Dimensi ini juga salah satu kelemahan terbesar dari London (129) dan Paris (91). Antara lain Sosial tindakan kohesi ketidaksetaraan, tingkat pengangguran, harga properti dan rasio pekerja perempuan. Ini adalah area di mana kota dunia kita perlu melakukan yang lebih baik di. Pembulatan keluar 10 tiga kota lain Amerika (San Francisco 4, Boston 5 dan Chicago 

7), dua kota Eropa lainnya (Amsterdam 6 dan 9 Jenewa), dan Seoul (8) dan Sydney (10). Dua kota dengan peringkat terendah adalah Lagos (Nigeria) dan Karachi (Pakistan). Mereka berdua menunjukkan kinerja yang buruk di hampir setiap dimensi peringkat. 

Beberapa contoh penerapan konsep Smart City di Indonesia: 

1. E-Government

2. E-Budgeting

3. E-Wadul di Surabaya

4. Jakarta Smart City Website

5. Command Center di Bandung

6. E-Village di Banyuwangi

7. Portal Pengadaan Nasional oleh INAPROC 

8. Layanan Paspor Online oleh Dirjen Imigrasi RI


Penerapan smart city di beberapa kota di Indonesia ternyata memiliki berbagai kelemahan dan kelebihan. Hal tersebut perlu dikaji lebih lanjut mengingat kota-kota besar di Indonesia tentunya memiliki banyak kesamaan, namun ternyata penerapan konsep Smart City di setiap kota besar tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Implementasi smart city di Jakarta dan implementasi di Surabaya ternyata tidak sama. Begitu pula smart city yang dikembangkan di Bandung dengan smart city di kota Makasar pun terdapat perbedaan pada tataran fokus smart city. Perbedaan potensi daerah baik dari sumber daya alam dan sumber daya manusia berdampak pada dimulai dari mana sebuah smart city tersebut akan dibangun. Oleh karenanya, sebuah konsep smart city dan potensi daerah tersebut harus diteliti dan dilakukan pengkajian secara mendalam. Bagaimana smart city dapat diterapkan pada suatu kota dengan melihat segala potensi yang dimiliki oleh daerah atau kota sehingga pada implementasinya nanti dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memperoleh suatu konsep smart city dan implementasinya serta untuk mengupas berbagai tantangan pembangunan smart city bagi masyarakat kota. 

Pembahasan 

Definisi Smart City 

Definisi atau pengertian Smart City sangat beraneka ragam. Konsep tersebut sudah dikenal dengan populer, namun dalam prakteknya digunakan di berbagai negara dengan istilah yang berbeda-beda dan situasi yang berbeda pula. Ada penggunaan berbagai jenis konsep mengganti smart dengan istilah kata sifat lainnya. Menurut Wikipedia, smart city adalah visi pembangunan perkotaan untuk mengintegrasikan beberapa teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan solusi Internet of Things (IOT) dalam sebuah bentuk yang aman untuk mengelola aset kota. Berdasarkan Wikipedia, definisi dari Smart City itu begitu luas mencakup berbagai macam keseluruhan teknologi digital yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan, mengurangi biaya dan sumber konsumsi, dan dapat meningkatkan interaksi aktif antara kota dan warganya secara efektif. Dan mendefinisikan kota pintar sebagai salah satu yang memanfaatkan ICT untuk memenuhi tuntutan pasar (warga kota), dan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proses ini diperlukan untuk sebuah kota pintar. Sehingga Kota cerdas akan menjadi kota yang tidak hanya memiliki teknologi ICT di daerah tertentu, tetapi juga telah menerapkan teknologi ini dengan cara yang positif berdampak pada masyarakat setempat.

Karakteristik 

Karakteristik bahwa kota pintar (juga masyarakat, klaster bisnis, aglomerasi perkotaan atau wilayah) menggunakan teknologi informasi untuk: 

1. Membuat lebih efisien penggunaan infrastruktur fisik (jalan lingkungan dibangun dan aset fisik lainnya) melalui intelijen dan data buatan analisis untuk mendukung, pengembangan budaya yang kuat dan sehat ekonomi sosial.

2. Terlibat secara efektif dengan orang-orang lokal dalam pemerintahan lokal dan keputusan dengan menggunakan proses inovasi terbuka dan e-partisipasi, meningkatkan kecerdasan kolektif dari lembaga kota melalui e-governance, dengan penekanan pada partisipasi warga dan co-desain.

3. Belajar, beradaptasi dan berinovasi dan dengan demikian merespon lebih efektif dan segera untuk mengubah keadaan dengan meningkatkan kecerdasan kota. 

Menurut IEEE Smart Cities.org, sebuah kota pintar menyatukan teknologi, pemerintah dan masyarakat untuk memungkinkan karakteristik sebagai berikut: 

1. ekonomi pintar (smart economy)

2. mobilitas cerdas

3. lingkungan cerdas (smart environment)

4. orang pintar (smart people)

5. hidup cerdas (smart living) 

6. pemerintahan cerdas (smart governance)



Platform dan Teknologi 

Teknologi internet baru mempromosikan layanan berbasis cloud, Internet of Things (IOT), antar muka pengguna dunia nyata, penggunaan ponsel pintar dan smart meter, jaringan sensor dan RFIDs, dan komunikasi yang lebih akurat berdasarkan web semantik, cara-cara baru terbuka untuk tindakan kolektif dan pemecahan masalah kolaboratif. Platform manajemen data sensor kolaboratif online layanan database on-line yang memungkinkan pemilik sensor untuk mendaftar dan menghubungkan perangkat mereka untuk memberikan data ke dalam database on-line untuk penyimpanan dan memungkinkan pengembang untuk koneksi ke database dan membangun aplikasi mereka sendiri berdasarkan data yang ada. Di London, sistem manajemen lalu lintas yang dikenal sebagai SCOOT memaksimalkan waktu lampu hijau di persimpangan lalu lintas dengan memberi makan kembali magnetometer dan data lingkaran induktif untuk sebuah superkomputer, yang dapat mengatur lampu lalu lintas di seluruh kota untuk meningkatkan throughput lalu lintas. Kota Santander di Cantabria, Spanyol utara, memiliki 20.000 sensor menghubungkan bangunan, infrastruktur, transportasi, jaringan dan utilitas, menawarkan ruang fisik untuk eksperimen dan validasi fungsi IoT, seperti interaksi dan manajemen protokol, teknologi perangkat, dan layanan dukungan seperti penemuan, manajemen identitas dan keamanan dalam Santander, sensor memonitor tingkat polusi, kebisingan, lalu lintas dan parkir. Kartu elektronik (dikenal sebagai smart card) adalah platform umum lain dalam konteks kota pintar. Kartu ini memiliki pengenal terenkripsi unik yang memungkinkan pemiliknya untuk login ke berbagai layanan yang disediakan pemerintah (atau e-services) tanpa menyiapkan beberapa akun. Single identifier memungkinkan pemerintah untuk mengumpulkan data tentang warga negara dan preferensi mereka untuk meningkatkan penyediaan layanan dan untuk menentukan kepentingan umum kelompok. 

Teknologi ini telah diterapkan di Southampton. 

Sebuah road map kota pintar terdiri dari 4 (empat) komponen utama: 

1. Mendefinisikan dengan tepat kebutuhan masyarakat: mungkin definisi yang dapat mengkondisikan apa yang Anda lakukan dalam langkah-langkah berikutnya; berkaitan dengan geografi, menghubungkan antara kota dan pedesaan dan arus orang di antara mereka; bahkan yang di beberapa negara definisi Kota / komunitas yang dinyatakan tidak sesuai secara efektif dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata. 

2. Mempelajari Masyarakat: Sebelum memutuskan untuk membangun sebuah kota yang cerdas, pertama kita perlu tahu mengapa. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan manfaat dari inisiatif tersebut. Mempelajari masyarakat untuk mengetahui warga, kebutuhan bisnis warga dan atribut unik masyarakat, seperti usia warga, pendidikan, hobi, dan atraksi kota. 

3. Mengembangkan Kebijakan Smart City: mengembangkan kebijakan untuk mendorong inisiatif, di mana peran, tanggung jawab, obyektif, dan tujuan, dapat didefinisikan. Buat rencana dan strategi tentang bagaimana tujuan akan dicapai. 

4. Keterlibatan Warga: Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan warga melalui penggunaan inisiatif e-government, data yang terbuka, acara olahraga, dan lain-lain.

Membangun Kota Pintar (Smart City) 

Ada beberapa faktor yang dapat ditempuh dalam membangun Kota Pintar, yaitu: 

1. Mendorong dan mengembangkan pola baru struktur kepemimpinan dan tata kelola Kota dan para pelaku usaha harus dapat bekerjasama dalam memperjuangkan konsep Smart City, menyikapi tantangan dengan bijaksana untuk mendapatkan keberhasilan dalam melayani masyarakat.

Pemimpin Kabupaten/Kota perlu kepercayaan dan dukungan dari mitra usaha; demikian juga sebaliknya, para pelaku usaha membutuhkan dukungan dari para pemimpin kota. 

2. Bekerjasama dengan melibatkan semua pihak 

Untuk berhasil melaksanakan misi sebagai Kota pintar, Pemimpin Kabupaten/Kota harus dapat bekerjasama menyelaraskan kepentingan dan tujuan dari berbagai sektor, lembaga masyarakat, sektor swasta dan seluruh komponen masyarakat. Misalnya bagaimana pemerintah Kota Yokohama membuat warganya berperan aktif dalam mengubah perilaku dan sikap keseluruhan warga untuk kepentingan bersama yang menguntungkan seluruh komponen masyarakat. Atribut kota cerdas atau smart city bisa diwujudkan dengan partispasi multi stakeholders, masyarakat yang cerdas dengan kesetaraan dan pendidikan yang baik, rencana strategis yang berkesinambungan dan terintegrasi, serta kemitraan. 

3. Membangun dan menggunakan infrastruktur pintar 

Pemimpin Kabupaten/Kota harus mulai menjajaki teknologi dan konsep infrastruktur yang modern, terintegrasi dan pintar. Dengan menghadiri Konferensi dan pameran teknologi di seluruh dunia sehingga memiliki pengetahuan dan menimba pengalaman dari berbagai kota di negara lain sehingga akan lebih mudah untuk memulai inisiatif pembangunan kota pintar di daerahnya. 

4. Mempersiapkan model pembiayaan yang mampu menjawab tantangan dan peluang ke depan Model standar pembiayaan investasi infrastruktur konvensional biasanya tidak memadai dalam membangun sebuah kota pintar, sehingga diperlukan model dan pendekatan baru. Misalnya,menggunakan tabungan dari teknologi dengan model jatuh tempo seperti smart meter, bisa mendanai penelitian teknologi lainnya dan pengembangan bersama berbagai bagian dari infrastruktur pintar. 

Pengelolaan kota bisa menjadi katalisator untuk menyatukan sektor publik dan swasta dalam membangun model pembiayaan dan managemen yang menghasilkan pola kemitraan yang lebih baik. Pendekatan ini membutuhkan inisiatif dan koordinasi dari semua pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta. Koordinasi dan kerja sama yang baik dapat menyelaraskan kepentingan dan keseimbangan pembagian risiko di antara semua pihak. 

Model Pembiayaan: 

Untuk membangun dan mengembangkan sebuah kota konvensional menjadi Kota Pintar dapat menggunakan sumber pembiayaan sebagai berikut;

• APBN dan APBD

Sumber pendanaan ini merupakan pendanaan yang sudah dilakukan selama ini dalam membangun kota, yaitu dari Anggaran Pemerintah termasuk dari Anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang cukup terbatas, dengan pola perencanaan pembangunan tiap tahun dan dieksekusi pada tahun berikutnya. Kekurangan dari pola pendanaan ini adalah sulit menciptakan program pembangunan yang berkelanjutan. 

• Obligasi Daerah 

Pendanaan bersumber dari obligasi daerah merupakan pendanaan dengan melibatkan masyarakat untuk bisa menjadi shareholder pada pembangunan di kotanya. Sumber dana dari capital market yang cenderung memilki kemampuan sebagai sumber dana tanpa batas. Obligasi daerah bisa menjadi potensi pendanaan masa depan untuk mewujudkan Kota Pintar dengan melibatkan masyarakat dan pelaku bisnis di daerah untuk aktif sebagai shareholder. 

• Public Private Partnership (PPP) 

PPP atau Kemitraan Pemerintah Swasta menjadi alternatif pendanaan yang cukup mudah diterapkan untuk pembangunan kota, yaitu melibatkan swasta untuk membantu mendanai program-program pemerintah dengan diberikan hak kelola pada swasta dalam durasi konsesi kerjasama tertentu.

• Foreign Direct Investment (FDI)

Foreign Direct Investment adalah sumber pendanaan yang secara langsung datang dari investor asing, untuk mendanai program-program pembangunan perkotaan. FDI akan membutuhkan dukungan kemudahan administrasi dari Pemerintah Kota untuk mencairkan dana dari asing tersebut. FDI bisa untuk mendanai program pemerintah atau kerjasama langsung dengan swasta. 

• Specific Purposed Bonds (SPB)

Specific Purposed Bonds juga merupakan sumber pendanaan masa depan yang sangat baik. Program pemerintah yang sangat besar misalnya membangun MRT (Mass Rapid Transport) atau membangun system transportasi massal yang memerlukan investasi yang sangat besar, dimana terjadi situasi

Pemerintah tidak sanggup mendanai dan Swasta juga tidak berani mendanai, sehingga SPB bisa menjadi solusi dengan menerbitkan bonds/saham yang khusus untuk membangun MRT dan saham ditawarkan pada masyarakat. Masyarakat yang memahami arti penting adanya transport masal yang efektif di sebuah kota akan dengan senang hati akan membeli saham tersebut dan akan ikut aktif berpartisipasi agar program tersebut dapat terealisasi dan terjaga dengan baik.

Strategi Pembangunan Smart City 

Beberapa ahli [Halord, 2016] mengutarakan bahwa menciptakan kota cerdas adalah kompleks, proses jangka panjang, dan keberhasilannya tergantung pada komitmen berkelanjutan untuk aksi yang jelas, antara lain: 

a. Kepemimpinan terpadu.

b. Visi inspiratif yang jelas.

c. Satu arah strategi dan tujuan yang jelas. 

d. Penciptaan model tata kelola yang sesuai dan dapat diterima.

e. Perkembangan kasus bisnis dan penilaian ekonomi untuk menilai dampak dari pembangunan. 

f. Sebuah pemahaman yang jelas tentang pembangunan perkotaan, transportasi dan infrastruktur strategi dan model regenerasi. 

g. Sebuah pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana teknologi dapat diintegrasikan seluruh fungsi kota dan departemen untuk menciptakan sinergi dan wawasan baru. 

h. Apresiasi saat ini dan muncul praktek terbaik dalam penggunaan sistem cerdas dalam layanan, infrastruktur, dan bangunan. 

i. Apresiasi konteks dan pemahaman tentang kepentingan stakeholders, budaya dan adat istiadat setempat dapat memiliki pengaruh besar pada apa yang dapat diterima. 

j. Pemahaman tentang kepemilikan, keselamatan, keamanan dan penggunaan data serta model pendanaan untuk infrastruktur baru. 

Strategi untuk kota cerdas harus mencakup: 

a. komunikasi yang jelas

b. sebuah visi pemersatu melalui siklus hidup. 

c. integrasi dengan kebijakan dan struktur tata kelola.

d. pemahaman holistik yang jelas tentang bagaimana data ditransfer dan ditangkap antara teknologi dan sistem dan bagaimana ia digunakan oleh pengambil keputusan. 

Menurut pandangan penulis, ada beberapa hal yang ditempuh dalam mempersiapkan dan membangun smart city, antara lain: 

1. Membuat studi kelayakan awal Perlu didata terlebih dahulu mengenai sistem informasi apa saja yang sudah berjalan di sebuah kota tertentu. Apakah sudah ada sistem informasi manajemen yang diterapkan dengan konsistensi dan evaluasi yang rutin serta berkesinambungan? Pembangunan smart city dilakukan dengan diawali proses identifikasi segala hal tentang kota itu sendiri. Sebelum dijalankan, pemerintah kota harus melakukan studi kelayakan awal terlebih dahulu tentang layak tidaknya sebuah kota dibangun dan dikembangkan menjadi smart city. Studi kelayakan awal dapat berupa identifikasi permasalahan dan kebutuhan yang terdapat di daerah perkotaan tersebut. 

2. Pemerintah membuat road map smart city yang melibatkan berbagai elemen dan komponen penunjang smart city. Langkah ini perlu ditempuh mengingat suatu kota memiliki gaya dan ciri yang berbeda dengan kota lain. Seperti di Makasar, pembangunan smart city berawal dari kondisi kota yang penuh dengan kejahatan dan ketidaknyamanan warga terhadap ketertiban di kotanya. Hal ini berbeda dengan kondisi di Jakarta dimana Smart City dikembangkan karena sudah banyak terdapat sistem informasi dan itu perlu untuk diintegrasikan dan ditampilkan. Juga sistem transportasi busway sudah berjalan dan akhirnya dikembangkan dalam bentuk e-money (menghilangkan pembayaran tunai dan diganti dengan pembayaran secara elektronik atau online melalui sistem yang terintegrasi). Maka menjadi penting bagi Pemerintah untuk membuat road map smart city berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki daerah tersebut. 

3. Mempersiapkan masyarakat perkotaan dalam menyongsong terselenggaranya smart city melalui sosialisasi-sosialisasi secara terstruktur dan masif. 

4. Pemerintah harus melibatkan universitas, lembaga litbang dan industri untuk berperan penting dalam mengembangkan teknologi informasi untuk membuat suatu perangkat aplikasi yang diimplementasikan dalam smart city. 

▪ Universitas; sebagai sumber keilmuan dan pencetak sumber daya manusia, universitas memiliki peran sentral dalam implementasi smart city. Langkah konkritnya dapat berupa memasukkan materi smart city dalam silabus mata kuliah yang terkait dan mengadakan riset terkait smart city serta pengabdian masyarakat di daerah perkotaan seperti sosialisasi pentingnya smart city bagi masyarakat perkotaan dan sebagainya. 

▪ Lembaga Litbang; sebagai lembaga penelitian dan pengembangan memiliki tugas untuk melakukan riset demi semakin sempurnanya implementasi smart city. Langkah konkrit yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan survei atau jajak pendapat pada berbagai pihak baik itu pada internal pemerintahan atau pada masyarakat kota. Dari sinilah peran lembaga riset atau perguruan tinggi sebagai barometer riset menjadi penting. 

▪ Industri; sebagai bagian akhir dari sebuah karya ilmiah di perguruan tinggi dan hasil penemuan riset dijadikan produk industri untuk diterapkan dan yang mendukung implementasi smart city.

Tantangan Smart City 

Beberapa hal yang penting dan menjadi tantangan besar bagi pembangunan Smart City adalah seperti dijelaskan berikut di bawah ini: 

1. Ketersediaan dan Manajemen Data Informasi 

Untuk menerapkan smart city diperlukan data yang berasal dari berbagai sumber di sebuah kota. Kehadiran Smart City melalui layanan aplikasi membuat informasi selalu dibutuhkan terus-menerus. Informasi yang paling aktual juga dibutuhkan untuk memastikan kondisi terkini situasi di lapangan. Karena itu, ketersediaan atau availability data menjadi hal utama yang harus diselesaikan oleh penyedia jasa Smart City. Untuk menangani berbagai jenis data, dengan berbagai kecepatan sistem manajemen data besar yang efisien dibutuhkan. Sistem ini harus dapat diandalkan dan bertahan tanpa putus jaringan dan koneksi yang terus menerus, Pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan data heterogen dan besar dari sensor yang tak terhitung jumlahnya di kota cerdas. Solusi ketersediaan data perlu dilakukan pendataan dan integrasi data dari seluruh media penyimpanan dan sistem informasi manajemen yang sudah diterapkan di kota tersebut. Selanjutnya, dibangun data center untuk penyimpanan semua data yang sudah dan akan mengalir dari waktu ke waktu. 

2. Tantangan Keamanan pada Smart City

Menurut Cisco, keamanan merupakan persoalan di jaringan sistem manapun. Terlebih jika sistem mencakup seluruh kota, ancaman keamanan perlu ditangani serius. Makin banyak sistem terhubung akan menyebabkan makin kompleks pula penanganan. Beberapa bagian infrastruktur Smart City biasanya ditangani lembaga berbeda, tanpa pengelolaan pusat yang mampu menetapkan standar pengelolaan cyber security di seluruh organisasi. Masalah lainnya adalah banyaknya perangkat yang terhubung ke jaringan atau sistem Smart City, dari pompa air hingga lampu lalu lintas, yang pada mulanya tidak dirancang untuk terhubung pada internet, sehingga tidak dibangun dengan pendekatan cyber security. Ahli tata kota perlu mengutamakan kekhawatiran terhadap akses pada sistem-sistem penting. Memanfaatkan isolasi jaringan yang baik dapat memastikan bahwa pelanggaran di sebuah sistem tidak mengakibatkan pelanggaran di sistem lainnya. Para ahli infrastruktur Smart City perlu menyadari bahwa tidak ada sistem yang sepenuhnya 100 persen aman. Pemantauan sistem untuk menemukan dan menghentikan gangguan sama pentingnya dengan mengamankan sistem. Begitu pula dengan pentingnya keamanan data pribadi penduduk jika terjadi cyber attack pada Smart City. Data pribadi dapat meliputi informasi penting seperti akun medsos, rekening, hingga kartu kredit. Pentingnya keamanan dasar Smart City tak hanya melindungi infrastruktur Smart City, tapi juga harus turut melindungi data pribadi penduduk. Meski demikian, penduduk perlu mengetahui prinsip dasar bagaimana melindungi data pribadi mereka terlebih dulu. Seiring dengan meningkatnya perhatian akan cyber attack di Indonesia, pemerintah Indonesia telah coba memberi langkah bagi pengguna internet mencegah terjadinya penyalahgunaan TIK. Tips meliputi enkripsi akses WiFi, memperbarui sistem operasi dan program anti virus/firewall berkala, mengetahui sumber aplikasi sebelum mengunduh, dan hati-hati terhadap tautan atau konten email yang mencurigakan. 

 Mengatasi Celah Keamanan pada Smart City 

Salah satu cara dasar mengatasi celah keamanan Smart City adalah firewall, sistem keamanan jaringan yang memantau dan mengendalikan lalu lintas jaringan keluar dan masuk berdasar kebijakan keamanan yang ditetapkan. Biasanya firewall memberi penghalang antara jaringan dalam yang aman dan terpercaya dengan jaringan luar yang diasumsikan tak aman, seperti internet. Namun di kasus tertentu, beberapa sistem sangat penting sehingga lebih baik sama sekali tak terhubung pada koneksi internet luar. Kebijakan mengenai pengendalian akses data juga merupakan langkah yang penting untuk diterapkan. Selain menjaga sistem terhadap rangkaian cyber attack, aspek manusia dari sebuah sistem juga penting. Dengan membangun kebijakan mengenai siapa yang dapat mengakses data, hal ini dapat memberikan pembatasan akses yang ketat pada data dan menghindari akses yang tidak diinginkan pada data-data penting. 

3. Investasi Pembangunan Smart City sangat besar 

Bagaimanapun, investasi untuk Smart City dan IoT lebih mahal daripada aplikasi software semata. Teknologi tersebut memerlukan modal yang cukup besar berupa infrastruktur dan hardware. Oleh karena itu,“barrier to implement” atau halangan untuk menerapkan teknologi ini jauh lebih tinggi. 

Solusi Investasi Tinggi 

Pemerintah Daerah tidak bisa hanya sendirian menerapkannya, melainkan harus bersama-sama dengan semua pihak termasuk pihak akademisi, swasta, dan komunitas guna membentuk suatu Smart City Ecosystem yang integrated and sustainable. 

4. Infrastruktur Teknologi Informasi 

Pembangunan infrastruktur ICT, dari saluran komunikasi untuk sensor dan aktuator dalam ruang fisik tetap menjadi hambatan besar dalam mengambil inisiatif kota pintar. Kurangnya infrastruktur merupakan hambatan yang signifikan dalam mencapai tujuan kota pintar. Menurut pandangan beberapa ahli (Bawany, 2016) handal, terukur dan kecepatan tinggi konektivitas jaringan dan infrastruktur merupakan kunci dasar untuk mengintegrasikan sistem informasi di seluruh kota. Infrastruktur ini harus di tempat sebelum layanan kota pintar yang ditawarkan kepada pemegang saham. Akibatnya, infrastruktur IT yang handal yang memadai yang cenderung scalable adalah tantangan penting untuk pelaksanaan kota pintar. 

5. Adaptasi Sosial (Social Adaption) 

Kota pintar tampaknya menjadi solusi ideal untuk mengatasi masalah penduduk perkotaan yang ada dan muncul. Meskipun, peneliti juga telah mengidentifikasi tantangan dengan mengacu pada ketimpangan, kesenjangan digital dan mengubah kebiasaan budaya. Adaptasi sosial seperti sistem yang membutuhkan perubahan sosial dari kebiasaan warga umumnya dan masyarakat kota secara khusus. 

Solusi 

Pemerintah kota memberikan sosialisasi dan aturan yang tegas dalam implementasi smart city. Jika perlu, menggandeng pihak ketiga seperti lembaga pengabdian masyarakat dan LSM untuk secara kontinyu memberikan bimbingan, dorongan dan sosialisasi akan pentingnya smart city bagi masyarakat kota. 

6. Pengembangan Aplikasi (App development)

Pengembangan lebih cepat dari aplikasi baru dan inovatif akan diperlukan agar warga dapat mengambil keuntungan maksimum dari data yang sedang dikumpulkan. Jika pengembangan aplikasi terbatas pada pengelolaan kota itu sangat mungkin bahwa orang akan kecewa dengan pengembangan aplikasi lambat. Misalnya, salah satu alasan utama di balik kesuksesan Android dan adaptasi lebar play store-nya, basis aplikasi yang besar di mana aplikasi yang tak terhitung jumlahnya di-upload setiap hari. Keberadaan smart city memiliki beberapa manfaat jika diterapkan yaitu dapat menciptakan perencanaan dan pengembangan kota layak huni yang lebih baik di masa depan. Konsep smart city membuat layanan egovernment dapat lebih cepat implikasinya kepada masyarakat. Dengan begitu, hal ini dapat meningkatkan produktivitas daerah atau daya saing ekonomi. smart city, juga membuat sistem transportasi lebih efisien dan terintegrasi sehingga meningkatkan mobilitas masyarakatnya. Pun menciptakan rumah dan bangunan yang hemat energy, bangunan ramah lingkungan dan memakai sumber energy terbarukan. Lingkungan juga bisa menjadi lebih lestari karena konsep pengaturan limbah dan pengelolaan air yang lebih maju. Manfaat lain konsep smart city juga berkaitan dengan kesejahteran masyarakatnya. Smart city akan meningkatkan pelayanan kesehatan. Semoga konsep smart city pada artikel ini dapat membuka cakrawala para pihak terkait terutama Pemerintah Daerah dalam upaya memajukan daerahnya masing-masing. 

Smart Governance sebagai unsur penting implementasi Smart City Kota Surabaya


Smart Governance atau tata kelola pemerintahan yang cerdas adalah salah satu bagian dari terwujudnya Smart City. Secara utuh smart city terdiri dari 6 dimensi pembentuk yaitu smart governance, smart environment, smart living, smart people, smart mobility dan smart people (Cohen, B., 2013. What Exactly Is a Smart City?). Pemerintahan yang cerdas adalah pemerintah yang dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dan meminimalisir kendala atau masalah yang dihadapi. Kearifan lokal juga mengindentifikasikan seberapa smart pemerintah dalam pengelolaan pemerintahannya. Gambaran smart governance dapat dilihat dari syarat-syarat untuk mewujudkannya, yang dimaksudkan agar kita mendapatkan gambaran yang jelas dan spesifik sehingga dengan mudah dapat menyusun rencana implementasinya. Poin-poin penting terkait gambaran smart governance antara lain:

1. Keterbukaan informasi publik

Pemerintah merupakan pelayanan masyarakat yang bertanggung jawab kepada masyarakat. Oleh karena itu sudah seharusnya informasi terkait rencana pembangunan dipublikasikan secara luas melalui berbagai media informasi. Aplikasi PPID Online di Pemkot Surabaya merupakan salah satu inovasi yang telah dilakukan untuk mendukung poin ini. Masukan masyarakat sangat penting karena objek pembangunan adalah masyarakat dalam arti lebih luas, yang didalamnya termasuk pihak swasta, masyarakat dan pemerintah itu sendiri.

2. Memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya Kota mempunyai daya tarik yang sangat besar bagi setiap individu untuk mendatanginya dan ikut menikmati fasilitas dan pelayanan yang disediakan. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan penduduknya yang seiring waktu semakin meningkat dibutuhkan sebuah manajemen pengelolaan sumber daya yang baik, yang dalam hal ini merupakan kewenangan pemerintah sebagai kordinator dan sumbu pembangunan kota. Pemerintah yang cerdas adalah pemerintah dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki dan meminimalisir kendala yang dihadapi. Sumber daya alam seperti pertambangan, kehutanan dan pertanian sangat jarang dimiliki oleh sebuah kota. Potensi terbesar yang dimiliki kota adalah potensi sumber daya manusia dan letak geografis yang relatif strategis. Pengelolaan potensi tersebut akan lebih tinggi nilainya jika dikelola secara tepat. Menjalin hubungan yang sinergis dengan kawasan hinterland sangat mendukung penyediaan kebutuhan kota. Secara singkat, kota yang mandiri adalah kota yang dapat membiayai kebutuhannya dengan mengandalkan potensi besar yang dimilikinya dan menjalin hubungan salaing melengkapi dengan kawasan sekitarnya.

3. Smart Culture

Kota yang cerdas bukan hanya kota yang memanfaatkan teknologi canggih dalam setiap aspek kehidupannya. Kota yang cerdas juga merupakan kota yang dapat mempertahankan jati diri dan karakter khas kota tersebut. Model Kota Madani yang memanfaatkan konsep Civil Society adalah brand image sendiri bagi Kota Surabaya dapat menjadi daya tarik utama. Identitas kota terbentuk dari kebudayaan lokal yang dimiliki. Mempertahankan dan melestarikan kebudayaan lokal adalah sebuah langkah cerdas pemerintah untuk menuju tata kelola pemerintahan yang cerdas. Kehilangan identitas kota merupakan kemunduran besar bagi sebuah peradaban. 

4. Dapat mengeluarkan pendapat, ide dan keinginan secara langsung Pemerintah menyediakan sarana bagi masyarakat untuk memberikan ide, gagasan, saran, kritik dan keinginannya secara langsung. Sistem online melalui smart phone dinilai sangat efektif. Dalam waktu singkat, pemerintah memberi respon dan solusi yang tepat terkait pengaduan yang disampaikan. Sehingga dirasakan tidak ada jarak antara pemerintah dan masyarakat, dengan begitu akan menimbulkan rasa aman dan nyaman sebagai bagian dari sebuah kota modern. Aplikasi Lapor Online dan Layanan Pengaduan Masyarakat (LPM) di Pemkot Surabaya adalah invasi yang bagus untuk poin ini.

5. Memberikan jaminan pekerjaan bagi warganya Pendidikan merupakan investasi yang dirasakan semakin hari semakin mahal harganya. Hal tersebut kadang bertolak belakang dengan hasil yang diharapkan. Sekolah-sekolah secara rutin melahirkan lulusan-lulusan baru dalam bidangnya masing-masing. Pemerintah yang cerdas adalah pemerintah yang dapat menciptakan peluang pekerjaan yang lebih besar dari pada pencari pekerjaan. Sekolah￾sekolah tidak hanya bertanggung jawab melahirkan lulusan baru, tetapi juga membantu pemerintah dalam penyaluran pekerjaan. Jaminan pekerjaan yang layak menjadi mimpi setiap orang tua. Sehingga pendidikan tetap menjadi investasi yang paling berharga bagi orang tua peserta didik itu sendiri.

6. Menyediakan sistem transportasi yang handal dan murah Penyediaan transportasi masal yang handal dan terjangkau merupakan mimpi dari semua lapisan masyarakat. Dampak positif jika pemerintah dapat menyediakan transportasi yang handal adalah mengurangi kepadatan lalu lintas, mengurangi tingkat pencemaran udara, mengurangi tingkat konsumsi bahan bakar minyak, mengurangi biaya pemeliharaan jalan dan kelengkapannya, efisiensi personil pengamanan jalan raya, meningkatkan pemasukan kas daerah. Hal ini pastinya harus memenuhi syarat seperti: Angkutan umum yang nyaman dengan kapasitas yang besar, Banyak alternatif jenis angkutan, ongkos terjangkau, jumlah angkutan lebih besar dari jumlah penumpang, melayani keseluruhan sudut kota dan yang paling sangat penting adalah terintegrasi dengan modal transportasi lainnya. 

7. Children-Friendly Cities

Kota yang cerdas harus dapat menciptakan rasa aman bagi warganya, terutama anak-anak. Aktivitas dan mobilisasi anak-anak dewasa ini semakit tinggi seiring dengan peningkatan kecerdasan dan perkembangan teknologi informasi. Semakin besar kota maka kegiatannya pun semakin kompleks, begitu juga dengan permasalahan yang dihadapi. Kriminalitas menjadi salah satu dampak negative perkembangan kota dan ironisnya sebagian besar korban kriminalitas adalah anak-anak. Pemerintah yang cerdas harus dapat memberikan perlindungan kepada anak-anak dan menghilangkan kekhawatiran orang tua akan keselamatan anak-anaknya. Sumber daya manusia (aparat pemerintah) dan teknologi dapat membantu terwujudnya children friendly cities. Prestasi penerapan aplikasi E￾Budgetting, E-Project, E-Controlling, E-Performance, Sistem Informasi Barang Daerah (SIMBADA), Perizinan Online adalah beberapa langkap inovatif dari Pemerintah Kota Surabaya dalam menuju Smart City. Inovasi lainnya yang dapat diterapkan adalah Integrasi Sistem Informasi antar SKPD di lingkungan kota Surabaya, terutama pada urusan-urusan yang saling mengaitkan pelayanan SKPD kepada masyarakat. Portal Kecamatan sebagai pusat informasi kecamatan serta desa di Kota Surabaya pun sangat perlu diimplementasikan secara online. Selain sebagai pusat dan pertukaran informasi antar perangkat camat dan desa, inovasi ini juga perlu sebagai integrasi layanan kepada masyarakat.

Kesimpulan 

1. Secara menyeluruh konsep smart city memiliki 6 (enam) karakteristik, yaitu smart governance, smart economy, smart mobility, smart environment, smart people, dan smart living (yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi). Masing-masing kota pun melakukan fokus berbeda dalam membangun kotanya menjadi kota yang pintar. 

2. Strategi dalam pembangunan smart city ditempuh menyesuaikan dengan segala potensi yang dimiliki dan keadaan serta kondisi di daerah masing-masing. Tantangan diterapkannya smart city di suatu daerah antara lain: ketersediaan data dan informasi, keamanan dan privasi, investasi yang sangat besar, infrastruktur IT, adaptasi sosial dan pengembangan aplikasi. 

3. Kota Surabaya sudah menerapkan Smart City dengan e-governance yang didalamnya adanya: Keterbukaan Informasi Publik, Memaksimalkan Sumber Daya yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakat, Smart Culture, Dapat mengeluarkan pendapat, ide dan keinginan secara langsung, Memberikan Jaminan Pekerjaan bagi warganya, Menyediakan sistem transfortasi yang handal dan murah, dan Children Friendly Cities.

Saran 

Dengan melihat permasalahan pada implementasi smart city di Indonesia adalah melakukan perluasan pemanfaatan TIK dalam berbagai bidang layanan pemerintah, keterbatasan layanan saat ini menjadi kendala yang harus diselesaikan. Seharusnya pemerintah lebih memperluas layanan internet di daerah￾daerah yang akan mengimplementasikan smart city di Negara Indonesia. Selain itu, penyiapan masyarakat ‘melek’ teknologi informasi perlu terus dilakukan secara masif dan terstruktur dalam upaya perubahan perilaku masyarakat menuju smart city.


Daftar Pustaka 

1. Abdurrozzaq Hasibuan, Oris Krianto Sulaiman, 2019, Smart City, Konsep Kota Cerdas Sebagai Alternatif Penyelesaian Masalah Perkotaan Kabupaten/Kota, di Kota-Kota Besar Provinsi Sumatera Utara, Jurnal Universitas Islam Sumatera Utara, Buletin Utama Teknik, Volume 14 Nomor 2, Januari 2019.

2. Bawany, N.W. and Shamsi, J.A. 2015. Smart City Architecture: Vision and Challenges, (IJACSA) International Journal of Advanced Computer Science and Applications, Vol. 6, No. 11, 2015 

3. Deakin, Mark (2013-08-22). "From intelligent to smart cities". In Deakin, Mark. Smart Cities: Governing, Modelling and Analysing the Transition. Taylor and Francis. p. 15. ISBN 9781135124144.

4. Direktur Perkotaan dan Perdesaan. 2015. Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia. 

5. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.Bappenas. Jakarta Available at: ftp://ftp.itb.ac.id/pub/ISOIMAGES/linux/eii2015itb/151016_Bahan_EII_ITB_Smart_City v3[3].pdf

6. Happold, B. 2016. Designing smart cities. [Online] Available at: https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Designing_smart_cities

7. IEEE. 2016. Smart Cities [Online] Available at: http://smartcities.ieee.org/about 

8. IESE Business School, 2016. Ranking The World's 'Smartest' Cities. Available at: http://www.forbes.com/sites/iese/2016/07/06/the-worldssmartest-cities/#504605f24899

9. I.G.A.A.G Dewi Sucitawathi, Wayan Joniarta, Yulyana Dewi, 2018, Konsep “Smart City” Dan Tata Kelola Pemerintahan Di Kota Denpasar, Jurnal Administrasi Publik, Volume 3 Nomor 1, 2018.

10. Kristo, Y. 2015. Mengatasi Tantangan Implementasi Smart City. DetikNet [Online] http://inet.detik.com/read/2015/12/06/101802/3088965/398/mengatasi-tantangan￾implementasismart-city

11. Kurnadi, M. 2015. Penggunaan Internet of Thing (IoT) untuk Pengembangan Smart City di Indonesia [Online] Available at: https://id.techinasia.com/penggunaan-iot-untuk￾pengembangansmart-city-di-indonesia

12. Musa, S. 2016. Smart City Roadmap [Online] Available at: https://www.academia.edu/21181336/Smart_City_Roadmap

13. Nam, T. 2011. Conceptualizing Smart City with Dimensions of Technology, People, and Institutions. The Proceedings of the 12th Annual International Conference on Digital Government Research, page 182-191. College Park, MD, USA 

14. Nur Faidati, Muhammad Khozin, 2018, Analisa Strategi Pengembangan Kota Pintar (Smart City): Studi Kasus Kota Yogyakarta, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah, Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018.

15. Prasetyono, A.P. 2016. Urgensi Penelitian dan Pengembangan Teknologi di Bidang Smart City [Online] Available at: http://www.dikti.go.id/urgensipenelitian-dan-pengembanganteknologi-di￾bidang-smartcity/#zXvOmlpwr0dQYH7U.99

16. Syarifullah, M. 2015. Smart Tidak Harus Mahal [Online] Available at: http://www.transformasi.org/id/pusat-kajian/jurnal/jurnal2014/1203-smart-city-smarttidak-harus￾mahal

Artikel Terkait

Penyelenggaraan Pelayanan Publik dengan Smart City Model di Kota Surabaya
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

Berita Terbaru

Kategori